Jumat, 10 Februari 2012

cerpen

cerpen ini pernah diterbitkan di majalah kampus Identitas Unhas....
ARTI KEHADIRAN SAHABAT......
Oleh: Ummu Saad

Matahari di pagi ini seakan ikut tersenyum mengikuti langkahku yang begitu cepat segera menuju kampusku. Ada hal yang membuatku ingin segera sampai di kampus, karena aku sudah janjian dengan dosen pembimbingku untuk mengajukan judul skripsiku.
“selamat pagi pak”
“pagi, silahkan duduk”
Akupun mengajukan judulku untuk skripsi yang akan aku susun. Sambil membaca judul yang kutulis di atas kertas, dosenku mengerutkan dahinya. Perasaanku deg-degan terasa jantungku berdegup kencang seakan akan melompat keluar dari tubuhku ini yang sungguh gugup. Oh Tuhan, semoga saja judulku sudah bagus, batinku. Tak lama kemudian, dosenku pun angkat bicara.
“ yah judul ini sudah bagus, tinggal bagaimana kamu mengembangkan idemu dalam menyusun skripsimu”.
Lega rasanya judulku disetujui oleh dosenku, tinggal seminar proposal terus melakukan penelitian.
“Terima kasih pak”.
* * * *
Akupun memulai menuangkan semua ide dari kepalaku dan fokus untuk mengerjakan skripsiku ini. Sungguh sangat sulit bagiku untuk berpikir sendiri dalam mengerjakan hal seperti ini. Hal yang selama ini tidak pernah kulakukan. Tapi dengan tekad yang kuat disertai harapan untuk segera menyelesaikan studyku tepat di bulan Desember nanti. Kubayangkan diriku berdiri di tengah-tengah orang yang memakai toga. Sungguh impian yang ingin segera kugapai. Di saat itu, kuingin kedua orang tuaku hadir menyaksikan hari membahagiakan bagiku dan inginku persembahkan untuk kedua orang tuaku. Selama ini aku telah mengecawakannya dengan kuliah lebih dari 4 tahun. Sungguh memberatkan hatiku jika aku mengingat cucuran keringat ayahku di tengah sawah di siang hari yang sungguh-sungguh mencari nafkah untuk membiayai pendidikanku hingga saat ini. Teringat pula sahabat kecilku hingga saat ini yang tak pernah lelah memotivasiku. Yah, aku memang termasuk tipe orang pemalas, tapi akhir-akhir ini, aku mulai sadar bahwa kemalasan itu dapat menghalangi kita untuk menuju kesuksesan. Dan hal ini juga kudapat dari sahabatku Ilham. Dan berharap di acara wisudaku nanti dia akan hadir mendampingiku bersama kedua orang tuaku.
* * * *
Ilham adalah sahabat kecilku dan seperjuanganku dalam mengarungi kehidupan ini. Semangat hidupnya membuatku bisa bertahan untuk tetap melanjutkan pendidikanku sampai sekarang ini. Selain berprestasi di bidang akademik, dia juga aktif dalam berorganisasi. Bukan saja itu, dia juga selalu mendapat juara jika ikut lomba tenis meja. Tenis meja adalah olahraga favoritnya. Dia merasa tidak tenang jika, tidak berlatih dalam sehari. Sungguh aku kagum kepadanya. Tapi terkadang aku merasa agak iri terhadapnya. Dia mempunyai segala hal yang dia inginkan. Selalu jadi bahan perbandingan denganku di sekolah. Tapi kami tetap mempertahankan persahabatan kami. Karena kebaikan hati Ilham sehingga kami tetap bersama. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak kusuka dari dia, dia selalu mengomentari apa pun pada diriku jika menurutnya tidak benar. Aku selalu cuek saja dengan komentarnya terhadap diriku. Aku menganggapnya sebagai angin lalu saja, karena aku merupakan tipe orang yang keras juga, susah menerima masukan dari orang lain, walaupun dari mulut sahabatku sendiri.
* * * * *
Kami selalu bersama. Sejak SD, SMP, SMA, hingga kuliah pun selalu satu kelas. Tapi kami juga tidak bosan-bosan selalu bersama. Karena kecerdasan yang Ilham miliki, membuatnya mempunyai banyak teman, karena dia selalu dijadikan sebagai tempat bertanya mengenai kuliah yang tidak dimengerti oleh teman-teman sejurusanku. Dan kepintarannya itulah membuatku kagum sama dia, dan membuat diriku semakin malas dalam berpikir sendiri menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Karena ada Ilham yang saya harapkan. Walaupun aku harus mendengar omelannya dulu sebelum menyontek tugas-tugasnya.
“ah kamu Dony, dari SD hingga sekarang kerjaanmu selalu nyontek ajah, kapan yah kamu bisa berubah”.
“ ah ambil enaknya ajah Ilham, kan ada kamu yang selalu kuharapkan, tugas-tugasmu tinggal copy paste ajah” , kataku sambil tersenyum.
“usaha sendirilah Dony, Aku katakan seperti ini adalah untuk kebaikanmu sendiri, aku ingin kita berdua sukses dengan usaha yang disertai dengan doa yang sungguh-sungguh, aku yakin kamu pasti bisa mengerjakan sendiri tugas-tugas kuliah jika kamu punya kemauan”. Karena setiap manusia itu punya potensi yang diberikan oleh Allah kepada setiap makhluk-Nya, tinggal bagaimana kita menggali potensi yang sudah ada”. Begitulah kejadian-kejadian yang selalu berulang antara aku dan Ilhan setiap ada tugas.
Aku hanya tersenyum penuh kemenangan setiap selesai mengerjakan tugas hasil contekan dari Ilham. Terlihat wajah Ilham yang cemberut jika aku melakukan hal tersebut. Setiap hari Ilham selalu berceramah panjang lebar di depanku. Aku pun mendengarnya, masuk lewat telinga kanan, dan terpantul jadinya keluar kembali lewat telinga kanan. Kata-katanya itu tak ada yang kuhiraukan. Sungguh aku bosan mendengar ceramahnya tiap hari. Aku tidak pernah merasa bersalah. Walaupun sebenarnya aku tahu kalau hal yang kulakukan adalah kesalahan besar.
* * * *
“ Don, bangun! Kita ada kuliah jam 07.30, kita tidak boleh terlambat”
“ah, entar lagi deh bangunnya, masih ngantuk” keluhku pada Ilham.
Tapi seperti biasa Ilham tetap berusaha keras untuk membangunkanku. Dia akan melakukan apa pun sampai aku terbangun. Sungguh dia anak yang begitu rajin dan memegang teguh amanah dari orang tuanya untuk bersungguh-sunggun kuliah. Akan tetapi kelakuan-kelakuan Ilham belum bisa merubahku untuk menjadi mahasiswa yang baik,minimal rajin-rajin masuk kuliah.
* * *
Seiring berjalannya waktu, tak terasa aku dan Ilham sudah mencapai semester VIII, dan bagi mahasiswa yang rajin dan pintar termasuk Ilham yang pasti aku tidak termasuk dalam ketegori tersebut tidak lama lagi akan meninggalkan kampus dalam artian mereka-mereka akan segera menjadi Sarjana. Menjadi seorang Sarjana adalah tujuan semua mahasiswa. Ada yang secepat kilat selesainya, dan ada pula yang menjadi mahasiswa karatan, dan akhirnya tereliminasi sendiri akibat terlalu lama mengeram di kampus. Tapi aku juga tidak mau masuk ke dalam kategori mahasiswa yang karatan, tidak menjadi alumni melainkan menjadi seorang mantan mahasiwa. Terkadang aku juga sedih melihat kondisiku yang seperti ini, terasa terjebak dalam bingkai kemalasan. Aku sungguh sulit untuk berubah, walaupun sebenarnya tiap hari aku selalu dinasehati sahabatku itu si Ilham, tapi kayaknya tidak masuk ke relung jiwa dan pikiranku. Ilham selalu memberiku motivasi serta nasehat agar aku menjadi lebih baik lagi. Aku tahu kalau Ilham sangat menyayangiku. Banyak hal yang dia selalu korbankan untukku. Begadang semalaman hanya untuk mengajariku sampai aku bisa memahami materi-materi kuliah, meminjamkan uang simpanannya, jika kirimanku dari orang tua belum segera datang jika ada kebutuhan mendadak. Hati Ilham sungguh mulia. Dia selalu berusaha agar aku berubah. Tapi harapannya itu belum kukabulkan.
* * * * *
Minggu depan Ilham akan mengikuti ujian meja. Dia akan segera meninggalkanku. Dia begitu beruntung, belum selesai S1, sudah dapat beasiswa untuk melanjutkan S2 nya di Jepang. Negara yang selama ini, ia impi-impikan untuk berkunjung ke sana. Dan sekarang dia punya kesempatan untuk meraih apa yang dia impikan selama ini, dan bahkan dia tidak hanya berkunjung saja tapi dia punya kesempatan untuk tinggal lama di sana dan menuntut ilmu di sana. Yang artinya kami akan berpisah. Belum terpikir olehku bagaimana kondisiku saat aku berpisah dengan Ilham. Aku santai-santai saja menghadapi semua itu. Berbeda dengan Ilham terukir kesedihan yang mendalam di bola matanya.
“ Don, tidak lama lagi aku akan meninggalkanmu, jadi kamu harus bisa mengurus dirimu sendiri, janganlah kamu selalu mengharapkan orang lain, harapkanlah dirimu sendiri, aku yakin kamu pasti bisa”.
“ ah tenang ajah Ilham, pasti aku bisa melewati semuanya”.
“ kamu kok kelihatan sedih sekali, seakan kita tak akan pernah bertemu lagi,biasa ajah Ilham” .
* * * * * *
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu Ilham tiba pula. Hari ini Ilham akan berangkat ke Jepang untuk melanjutkan S2nya. Terlihat senyum di bibirnya menandakan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang. Sebagai sahabatnya, aku mengantarkannya ke Bandara.
“ baik-baik yah di negeri orang, jangan lupakan sahabatmu ini, OK” kataku singkat.
“ aku tidak akan pernah melupakanmu Don, selama ini kita selalu bersama, dan sulit juga kupercaya kalau aku akan berpisah dengan kamu, karena selama ini kita seperjuangan, baik-baik yah disini, segera selesaikan study mu, jangan betah jadi mahasiswa”.
“siap bos”.
Ilham pun berangkat disertai harapan suatu saat nanti dia akan kembali ke kampung halamannya membawa sebuah kesuksesan meraih impiannya. Dari kejauhan aku melihat pesawat yang akan membawanya ke negeri sakura semakin menjauh, yang berarti Ilham akan semakin jauh pula dari saya, entah berapa lama dia akan kembali. Akan kah aku bisa berubah sampai dia kembali ke Indonesia. Aku tak tahu, aku belum bisa memastikannya.
* * * * * *
Semenjak kepergian ilham, banyak kesulitan yang kuhadapi. Terutama harus beradaptasi dengan kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Mengerjakan tugas-tugas sungguh sangat sulit karena ketidakterbiasaan sehingga memenjarakan otakku yang seharusnya digunakan untuk berpikir, tapi malah tidak digunakan semestinya. Sulit untuk berkreasi sendiri. Aku pun menyadari kalau selama ini apa yang dikatakan Ilham itu tidak ada yang salah. Semua yang Ilham katakan adalah semata-mata untuk kebaikanku. Aku sungguh merindukannya. Dan mulai sekarang aku harus kerja keras untuk memperbaiki kembali kesalahan yang selama ini kuperbuat. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi orang yang baik yang selama ini Ilham harapkan. Ilham sungguh berarti bagiku. Dia telah memberikan pelajaran yang berharga untukku. Walaupun Ilham tidak lagi disini, tapi dia selalu ada di hatiku. Aku meneteskan air mata dan segera mengambil air wudhu untuk menjernihkan kembali pikiranku, agar bisa melanjutkan penyusunan skripsiku.

yang pernah singgah di hati

hahhaha.....

laki-laki yang pernah singgah di hatiku,,,
baru baca judulnya saja, membuatku tertawa dan mau muntah....
lebay sekali, huahahhaha tapi biarlah namanya juga curahan hati...

say ingin cerita mengenai seseorang yang pernah membuat ku senang jika bertemu dengannya mungkin inilah yang namanya perasaan suka buat seseorang, namun belum tau juga sih apakah ini cinta atau haya sekedar perasaan kagum yang sewaktu-waaktu dapat hilang seketika jika kita sudah mengetahui hal buruk dari seseorang....

begini ceritanya.....
saat semester 3, saya berkenalan dengan seorang teman dari teman saya, namun kami kuliah di universitas yang berbeda....
awal kenal dengannya, saya merasa biasa-biasa saja....
namun hubungan saya dengan dia berlanjut dengan telpon-telponan, chatting di Facebook dan dianya sering datang ke rumah.....
dia sering mengatakan kalau dia suka sama saya, namun saya hanya tertawa saja saat mendengar dia berkata seperti itu, karena saya hanya menganggapnya sebagai teman layaknya teman kuliah saya,,,

namun, mungkin karena dia sudah bosan dan kemungkinan dia sudah menganggap kalauu tidak ada lagi harapan untuk dekat dengan saya membuatnya mundur.....

akhirnya dia berubah total...
dia sudah tidak seperti biasanya, saya dan dia tidak pernah lagi chatting di FB,,,, kalau ketemu sudah tidak bersemangat lagi bertanya-tanya sama saya bahkan ada kesan sepertinya dia menghindar....

tapi masalahnya terjadi pada saya,,, saya mulai merasa aneh atas tingkahnya yang berubah,,, saya sepertinya merasa kehilangan akan sosoknya dia...
tapi sebagai orang yang tidak terlalu mementingkan hal seperti itu, saya pendam saja segala uneg-uneg dalam hati dan pikiran saya...

terkdang saya juga menyadari kalau saya sebenarnya mulai menyukai dia,,,,
namun semuanya sudah terlambat, karena di saat hati saya terbuka,,, malah dia yang menjauh...


so,,,, dijadikan pelajaran ajah deh....
jangan pernah menyia-nyiakan orang yang membuat kita bahagia, karena jangan sampai kita menyesal....
pelajaran buat ku utuk hri ini adalah dalam melakukan sesuatu jgn lah trlalu trburu-buru tanpa memikirkannya dengan matang...
OMG, hal ini membuatku betul-betul ingin memutar kembali waktu hanya dalam 4 jam saja...
mengapa???? aku membuat suatu kesalahan, namun aku belum tahu bgman dampaknya nannti, tapi karena karakterku yang selalu ingin mendekati perfect lah membuatku pusing sendiri namun untuk menggapai semua itu terkadang perjuangan yang setengah-setengah saja, dikarenakan faktor kemalasan yang bisa merusak segalanya...
Tuhan, izin kan aku untuk memperbaiki semuanya...
semoga tidak menjadi suatu persoalan yang rumit....
aaku ingin sungguh-sungguh, namun ada saja hal-hal yang membuatku terpengaruh untuk berhenti...
kenapa banyak hal yang terjadi perubahan dalam hidupku...
apakah memang seperti ini???
tapi jujur aku tidak suka hal seperti..
aku ingin mengembalikan mochi sperti sediakala yang penuh dengan perjuangan dalam menggapai sesautu, yang cekatan, rajin belajar untuk mencari ilmu...
namun akhir-akhir ini semua itu berubah menjadi sosok yang nggak semangat...
Tuhan, semoga aku bisa berubah menjadi lebih baik lagi, Amin....